. 01/19/12 | Hanya ingin berbagi

Pages

Subscribe:

Kamis, 19 Januari 2012

Cara Memasang Widget Tanggal Hijriah Di Blog


Hy sobat kali ini saya akan berbagi cara tentanng bagaimana Cara Memasang Widget Tanggal Hijriah Di Blog. Salah satu contoh seperti di blog saya ini yang saya tempatkan di pojok kanan bawah, bagaimana apakah kalian tertarik atau tidak, jika tidak juga tidak apa-apa karna saya hanya ingin berbagi ilmu, jika kalian tertarik mari ikuti tutorial ini sampai selesai,

langsung saja gini nih caranya :

1. kunjungi web ini http://www.al-habib.info/ atau bisa Klik Disini
2. Kalo sudah klik tulisan Islamic Calendar seperti gambar di bawah ini 
 . 

3. Jika sudah pilihlah jam yang kalian sukai di bawah tulisan Flash Calendar Gallery 
4. Jika sudah sesuai klik Get this Widget

5. Kalo sudah kalian pikih saja watna yang kalian inginkan & rubah Width: dan Height: sesuai yang kalian butuhkan jika sudah klik Get the embed code for your blog/web site.
6. Lalu klik code for other websites
7. Kemudian copy kode yang muncul
8. Setelah itu LOGIN ke blog anda>>>klik dasbor>>>Rancangan>>>Klik Elemen Halaman
9. Tambah badget>>>klik HTML/Javascript dan paste pada konten yang tersedia
10. Simpan dan liat hasilny

Selesai Mudah Bukan?

Mudah - mudahan bermanfaat


Selamat mencoba, semoga berhasil

Read More..

Nafsu Nyata Dan Nafsu Tersembunyi

Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary

“Bagian nafsu dalam kemaksiatan itu jelas nyata. Sedangkan bagian nafsu di dalam ta’at, itu tersembunyi dan tidak nyata. Mengobati yang tersembunyi itu sangat sulit terapinya.”
Bahwa nafsu itu memiliki kecenderungan maksiat dan melakukan tindak maksiat itu sangat nyata dan jelas, karena naluri nafsu memang demikian. Namun ketika nafsu menyelinap di balik aktivitas taat, kebajikan, amaliah, sangat tersembunyi.Alur nafsu dalam konteks ini memiliki tiga karakter:

Takut pada sesama makhluk,
Ambisi rizki,
Rela pada kemauan nafsu itu sendiri.

Munculnya ketiga karakter itu bersamaan dengan selera nafsu.

Sedangkan perselingkuhan nafsu dibalik taat dan ibadah kita begitu tersembunyi. Tiba-tiba ia merasa lebih tinggi dibanding orang lain, lebih suci, kemudian muncul rekayasa untuk manipulasi, dengan tujuan tertentu atau imbalan tertentu, yang menyebabkan riya’.

Mari kita bertanya pada diri sendiri dibalik nafsu yang tersembunyi ini. Apakah ketika kita beribadah, melakukan aktivitas kebajikan dan amaliyah lainnya, agar kita disebut berperan? Agar disebut lebih dibanding yang lain? Mendapat pujian  dan kehormatan orang lain? Anda sendiri dan orang-orang sholeh yang memiliki matahatilah yang mengenal karakter itu.

Karena itu nafsu sering bersembunyi dibalik bendera agama, dibalik aktivitas ibadah dan gerakan massa keagamaan, bahkan nafsu merangsek ornamen penampilan orang-orang saleh, agar disebut saleh.

Disnilah Ibnu Athaillah juga mengingatkan berikutnya: “Kadang-kadang riya’ itu masuk padamu, ketika orang lain tidak memandangmu.”

Kenapa demikian? Karena riya’ itu bertumpu pada pandangan makhluk. Ketika anda bersembunyi atau makhluk lain tidak mengenal anda, lalu anda diam-diam merasa ikhlas, karena makhluk lain tidak melihatmu, itu pun disebut riya’. Sebab unsur makhluk masih tersisa di hatimu.

Al-Fudhail bin ‘Iyadh, ra,  menegaskan, “Beramal demi pandangan manusia itu adalah syirik. Sedangkan tidak melakukan amaliah karena agar dipandang manusia, adalah riya’. Meninggalkan amal demi manusia adalah syirik. Ikhlas, adalah Allah jika anda diampuni (lalu meninggalkan) kedua faktor di atas.”

Ketika seseorang berlaku riya’, dalam kondisi khalwat, secara diam-diam pula ia ingin disebut lebih utama dibanding yang lain. “Wah saya sudah suluk, saya sudah baiat, saya sudah khalwat… Sedangkan kalian kan belum… Jelas saya lebih baik dibanding anda…”. Bisikan lembut ini adalah bentuk ketakaburan dan riya’.

Inilah mengapa Ibnu Athaillah melanjutkan: “Upayamu untuk meraih kemuliaan agar makhluk mengetahui keistemewaanmu, menunjukkan bahwa ubudiyahmu sama sekali tidak benar.”

Karena, menurut Syeikh Zarruq, ra, manakala anda benar dalam ubudiyah pada Tuhanmu, pasti anda tidak senang jika yang lainNya tahu amalmu.

Sebagian Sufi mengatakan, “Tak seorang pun benar pada Allah Swt, sama sekali, kecuali jika ia senang bila cintanya tidak dikenal oleh yang lain.”

Ahmad bin Abul Hawary ra, mengatakan, “Siapa pun bila senang kebaikannya dipandang orang lain atau disebut-sebut, ia benar-benar musyrik dalam ibadahnya. Karena orang yang berbakti pada cinta, tidak senang bila baktinya dipandang oleh selain yang dijabdi.”

Sahl bin Abdullah ra, mengatakan, “Siapa yang senang pamer amalnya pada orang lain ia telah riya’. Dan siapa yang ingin dikenal  kondisi ruhaninya oleh orang lain, ia adalah pendusta.”

Ibrahim bin Adham nengatakan, “Tidak benar bagi Allah orang yang senang dengan keterkenalan (popularitas).”

Dan menghapus riya’ dan membersihkannya, sudah seharusnya dilakukan dengan memandang kepada Allah Swt dan menolak selain DiriNya.


Sumber : Majalah Cahaya Sufi
Read More..

Yang Penting Adalah Ahlak

"Yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab yang baik"

Dalam ajaran thariqat Sufi, adalah yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab

yang baik terwujudnya apa yang diinginkan (sukses), tetapi lebih penting dari itu semua kita dikaruniai adab yang bagus. Baik adab dengan Allah, adab dengan Rasulullah saw, adab dengan para Syeikh, para Ulama, adab dengan sahabat, keluarga, anak dan isteri, dan adan dengan sesama makhluk Allah Ta'ala.

Apa yang ada di sisi Allah swt, tidak bisa diraih dengan berbagai upaya sebab akibat, namun kita harus mewujudkan adab yang baik di hadapanNya, karena dengan adab itulah ubudiyah akan terwujud. Allah swt, berfirman: "Agar Allah menguji mereka, manakah diantara mereka yang terbaik amalnya." (Al-Kahfi: 7), Allah tidak menyebutkan bahwa yang terbaik itu adalah yang terbanyak suksesnya, juga bukan yang terbaik adalah raihan besarnya.

Rasulullah saw, bersabda: "Taqwalah kepada Allah dimana pun engkau berada, dan ikutilah keburukan itu dengan kebajikan, sehingga keburukan terhapus. Dan bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik." (Hr. Imam Ahmad, dan At-Tirmidzy).

Seluruh proses adab itu adalah menuju keserasian dengan sifat-sifatNya, dan inilah yang disebutkan selanjutnya oleh Ibnu Athaillah:
"Tak ada yang lebih penting untuk anda cari disbanding rasa terdesak, dan tidak ada yang lebih mempercepat anugerah padamu ketimbang rasa hina dan rasa faqir padaNya."

Sikap terdesak, hina, fakir, itulah yang membuat anda terus kembali kepada Allah swt tanpa sedikit pun faktor yang menyebabkan rasa tersebut muncul. Dan sebaik-baik waktu tentu saja, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Atyhaillah dalam Al-Hikam pula adalah waktu dimana anda menyaksikan sifat butuh anda kepada Allah, dan dikembalikan pada wujud hinamu di hadapanNya.
Para sufi sering bersyair:

Adab sang hamba adalah rasa hinanya
Sang hamba  tak pernah meninggalkan adab
Sang hamba jika sempurna rasa hinanya
Sang hamba meraih cinta dan kedekatannya.

Hajat manusia bertingkat-tingkat, Ada hajat dunianya, ada hajat akhiratnya, ada hajat meraih anugerahNya, ada hajat hanya kepada Allah swt, saja.
Tentu hajat tertinggi adalah menuju dan wushul kepada Allah Ta'ala, dan itu semua harus diraih dengan rasa butuh yang sangat, rasa hina dan fakir. Kepada Allah ta'ala.
Pernah dikatakan kepada Abu Yazid, "Pekerjaanmu senantiasa dipenuhi dengan rasa bakti, bila engkau menghendakiKu maka engkau harus datang dengan rasa hina dan butuh."

Diantara makna berguna dari rasa butuh itu adalah:
1) Rasa berpaling dari makhluk Allah Ta'ala secara total,
2) Menghadap Allah dengan total pula,
3) Sang hamba berhenti di batasNya tanpa membuat pengakuan sedikit pun.


Sumber : Majalah Cahaya Sufi
Read More..

Penyimpangan


Sayidina Ali KWH :

  • Ketamakan dan kesombongan adalah pendorong bagi perbuatan dosa.
  • Rusaklah kehormatan orang yang lemah jiwanya.[/#]
  • Tiga hal yang kerusakannya tidak dapat diperbaiki sama sekali: permusuhan di antara keluaga dekat, saling mendengki di antara orang-orang yang sepadan, dan kelemahan para raja (penguasa).
  • Imam Ali a.s. pernah ditanya, “Perkara apakah yang hukumannya disegerakan dan yang paling cepat kematian bagi pelakunya?” Imam Ali a.s. menjawab, “Ia adalah kezaliman yang tidak ada penolong bagi orang yang dizaliminya kecuali Allah, membalas kenikmatan (kebaikan) dengan penyia-nyiaan, dan kezaliman orang kaya terhadap orang fakir.”
  • Enam golongan manusia tidak akan pernah berpisah dari kesedihan, yaitu: (pertama), orang fakir yang baru saja menjadi kaya; (Kedua), orang yang banyak hartanya yang mengkhawatirkan hartanya; (Ketiga), orang yang mencari kedudukan yang melebihi tingkatannya; (Keempat), orang yang dengki; (Kelima), pendendam; (Keenam), orang yang bergaul dengan orang yang beradab, tetapi dia sendiri bukan orang yang sopan santun.
  • Hati-hatilah terhadap kemunafikan di dalam beragama.
  • Ada tiga hal yang membinasakan, yaitu: (pertama), kesombongan. Sebab, lantaran kesombongan inilah iblis diturunkan dari kedudukannya. (Kedua) , ketamakan. Sebab, karena ketamakan inilah Adam dikeluarkan dari surga. (Ketiga), kedengkian. Sebab, kedengkian inilah yang mendorong anak Adam (Qabil) membunuh saudaranya (Habil).
  • Empat hal, yang sedikitnya adalah banyak, yaitu: api, permusuhan, penyakit, dan kefakiran.
  • Alangkah buruknya pemutusan hubungan setelah terjalin hubungan, kekasaran (perangai) setelah terjalin persaudaraan, permusuhan setelah terjalin kecintaan, berkhianat kepada orang yang telah percaya kepadamu, dan melanggar janji kepada orang yang telah menyerah kepadamu. 
Sumber : Majalah Cahaya Sufi
Read More..